Pengabdian
Mengintip Budaya Ugahari dalam Pemolisian Masyarakat, Seri 4
Tentang Ide Dalam Keugahariaan
Salah satu pemikiran Platon yang sangat fenomenal yakni ajaran tentang ide-ide. Ajaran tentang ide-ide ini merupakan inti dasar seluruh filsafat Platon. Namun, arti ide yang dimaksud oleh Platon berbeda dengan pengertian orang-orang moderen sekarang, yang hanya mengartikan bahwa kata ide adalah suatu gagasan atau tanggapan yang hanya terdapat dalam pemikiran saja. Sehingga orang-orang akan menganggap bahwa ide merupakan suatu yang bersifat subjektif belaka.
Platon mengartikan kata ide itu merupakan suatu yang objektif. Menurut Platon ada ide-ide yang terlepas dari subjek yang berpikir, artinya semua yang ada di entitas ini ada di alam ide, yang dianalogikan seperti cetakan kue dan kue-kuenya itu adalah entitas-entitas.
Menurut Platon ide-ide tidak bergantung pada pemikiran, sebaliknya pemikiran bergantung pada ide-ide. Justru karena ada ide-ide yang berdiri sendiri. Pemikiran kita dimungkinkan. Pemikiran itu tidak lain dari pada menaruh perhatian kepada ide-ide itu. Munculnya pemikiran Platon tentang ide-ide adalah terinspirasi dari gurunya yakni Socrates.
Dimana socrates dikisahkan sedang berusaha mencari definisi-definisi, ia tidak puas dengan menyebut satu persatu perbuatan-perbuatan yang adil atau tindakan-tindakan yang berani. Bertens dalam buku “sejarah filsafat Yunani”, halaman 130 menyebutkan bahwa keadilan atau keberanian itu sendiri, atau bisa dikatakan bahwa Socrates mencoba mencari hakikat atau esensi keadilan dan keutamaan-keutamaan tersebut. Karena pemikiran gurunya ini Platon kemudian meneruskan usaha gurunya tersebut lebih jauh lagi. Menurut dia esensi itu mempunyai realitas, terlepas dari segala perbuatan kongkret. Ide keadilan, ide keberanian dan ide-ide lain itu ada.
Ada pun asal usul yang lain tentang ajaran Platon tentang ide-ide ialah berkaitan dengan ilmu pasti. Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu pasti sangat diutamakan dalam akademi Platon dan di bidang ini Platon terpengaruh oleh kaum Pythagorean. Menurut Platon ilmu pasti yang berbicara tentang segitiga, namun segitiga yang dimaksud itu bukan segitiga yang kongkret, melainkan segitiga yang ideal, maka Platon menarik kesimpulan bahwa segitiga itu memiliki realitas juga, biar pun tidak dapat ditangkap oleh indra. Tidak mungkin bahwa ilmu pasti membahas sesuatu yang tidak ada. Jadi, mesti terdapat suatu ide ”segitiga”. Segitiga yang digambarkan pada papan tulis hanya merupakan tiruan tak sempurna saja dari ide “segitiga”.
Namun contoh lain yang sama dengan konsep pada segitiga tersebut, seperti “kata bagus”, begitu banyak yang boleh dikatakan bagus: kain bagus, patung bagus, rumah bagus, dan lain sebagainya. Sehelai kain tidak disebut bagus karena itu kain, sebab terdapat juga kain yang jelek. Hal yang menyebabkan kain itu disebut bagus ialah ide tentang bagus tersebut. Selain kain tersebut masih banyak yang bisa dikatakan bagus, karena ide tentang bagus merupakan bagus itu sendiri secara sempurna, tidak tercampur dengan yang lain. Platon menyebut ini dengan kata-kata yunani yaitu idea serta eidos dan juga kata morphe yang berarti bentuk.
Menurut Platon realitas itu terbagi menjadi dua atau dunia menjadi dua. Pertama, dunia indrawi yang merupakan realitas yang mencakup benda-benda jasmani yang disajikan kepada panca indra. Realitas pertama yang dimaksud Platon adalah sesuatu yang dapat dijangkau oleh indra seperti bunga, pohon dan lain-lain. Pada taraf ini harus diakui bahwa semuanya tetap berada dalam perubahan. Bunga yang kini bagus keesokan harinya sudah layu, lagi pula dunia indrawi ditandai oleh pluralitas.
Sehingga bunga tadi, masih ada banyak hal yang bagus juga. Kedua, dunia ide, bahwa disamping ada dunia indrawi yang senantiasa berubah, menurut Platon ada juga sebuah dunia yang tidak pernah berubah yakni disebut dunia ideal atau dunia yang terdiri atas ide. Dalam dunia ideal tidak sama sekali yang pernah berubah. Semua ide bersifat abadi dan tak terubahkan. Dalam dunia ideal tidak banyak hal yang bagus karena hanya terdapat satu ide “yang bagus”. Demikian pula dengan ide-ide yang lain yang bersifat abadi dan sempurna.
Platon mengatakan bahwa dunia ada itu yakni dunia indrawi dan dunia ideal. Kemudian apa keterkaitan antara kedua dunia ini? Ide-ide sama sekali tidak dipengaruhi oleh benda-benda jasmani. Lingkaran yang digambarkan pada papan tulis lalu di hapus lagi, sama sekali tidak mempengaruhi ide “lingkaran”. Tetapi, ide-ide mendasari dan menyebabkan benda-benda jasmani. Hubungan antara ide-ide dan realitas jasmani bersifat seperti yang ada di atas, sehingga benda-benda jasmani tidak bisa tanpa pendasaran oleh Ide-ide itu. Platon mengungkapkan hubungan itu dengan tiga cara:
1. Pertama-tama ia mengatakan bahwa ide itu hadir dalam benda-benda konkret. Tetapi dengan ide itu sendiri tidak dikurangi sedikit pun juga.
2. Dengan cara lain, ia mengatakan bahwa benda kongkret mengambil bagian ide. Dengan demikian Platon mengintroduksikan “partisipasi” (metexis) ke dalam filsafat. Tiap-tiap benda jasmani berpartisipasi pada satu atau beberapa ide. Kalau kita mengambil sebagai contoh: satu bunga bagus, maka bunga itu mengambil bagian dalam ide “bunga”, ”bagus” dan “satu”. Tetapi, partisipasi itu tidak mengurangi ide bersangkutan.
3. Platon mengatakan juga bahwa ide merupakan model atau contoh (paradigma) bagi benda-benda konkrit. Benda-benda konkrit itu merupakan gambaran tak sempurna yang menyerupai model tersebut.
Platon menjelaskan bahwa hubungan antara kedua dunia itu adalah demikian seperti yang diatas, yakni bahwa ide-ide dari dunia ide itu hadir dalam benda yang kongkrit, contohnya ide manusia berada pada tiap manusia dan sebagainya, dan sebaliknya benda-benda itu berpartisipasi dengan idea-ideanya, artinya mengambil bagian ide-ideanya, bukan hanya dalam satu idea saja, melainkan dapat juga lebih (umpamanya: bunga bagus, berpartisipasi dengan idea bunga dan idea bagus). Dengan demikian idea-idea itu berfungsi sebagai model atau contoh benda-benda yang kita amati di dalam dunia ini.
Menurut Platon di dalam dunia ide tiada kejamakan, yakni berarti bahwa “yang baik” hanya satu saja, dan seterusnya, sehingga tiada bermacam-macam “ yang baik”. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa dunia ide ini hanya terdapat satu ide saja. Ada banyak ide. Oleh karena itu, dilihat dari segi lain harus juga di katakan bahwa ada kejamakan, ada bermacam-macam ide seperi ide manusia, binatang, dan lain-lainnya.
Idea yang dihubung-hubungkan dengan idea yang lain contohnya ide bunga yang dikaitkan dengan ide bagus, idea api dihubungkan dengan ide panas, dan sebagainya. Hubungan antara kedua ini disebut koinonia ( persekutuan). Di dalam dunia ide itu juga ada hirarki, contohnya ide anjing termasuk ide binatang menyusui, termasuk ide binatang, termasuk ide makhluk, dan seterusnya. Segala ide itu jikalau disusun secara hirarkis memiliki ide “yang baik” sebagai puncaknya yang menyinari segala ide. Platon sangat menganjurkan untuk tidak menganggap dunia sebagai jahat, tetapi justru dunia harus diatur oleh manusia.
